RSS

Senandung Patah Hati

Hingga malam semakin larut, aku hanya terdiam meratapi kesakitanku yang teramat dalam. Pernah terpikirkan olehku untuk melupakanmu, tetapi kenangan itu begitu indah hingga tak kuasa aku menyerah untuk menjaganya dalam batin dan pikiranku.
Aku tersadar bahwa hari itu adalah hari terakhir diriku bersamamu. Terakhir melihat senyuman indah di bibirmu. Terakhir pula aku bisa mengatakan "Aku Sayang Padamu, Nda."

Selegenje...

Hai..hai..hai…..
I’m back :p
                Huaaa….. setelah  sekian  lama  saia  vakum  dari  dunia  blogging  akhirnya  saia  kembali  lagi  dengan  semangat   baru.   Heemmm…   dua  bulan  ini  buanyak  beud  tugas  kuliah  yang  harus  saia  selesaikan,  dan  yang  paling  mencuri  perhatian  saia  adalah  mata  kuliah  seminar.  Di  mata  kuliah  ini  setiap  mahasiswa  DIWAJIBKAN  membuat 1  judul  proposal  penelitian.  Berkutat  seputar  judul  saja  sudah  mulai  bingung  apalagi  dengan  isinya.?  Heuuuh.  Apalagi  penelitiannya..???
            Yang  saia  kerjakan  dua  bulan  ini  adalah  mulai  membuat  judul  terlebih  dahulu,  setelah  itu  membuat  rancangan  penelitian,  kerangka  penelitian,  hipotesis  penelitian  dan  yang  terakhir  adalah  actionnya.  Di bagian  ini  saia  mengalami  sedikit  kesulitan  dimana  saia  harus  mengerjakan  sebuah  laporan  tanpa  melakukan  praktek.  Bener-bener  aneh,  tapi  ya  walaupun  gitu  semuanya  terselesaikan  tepat  waktu.   Alhamdulillah.
            Tinggal  menunggu  konsultasi  berikutnya  mengenai  judul ini,  semoga  tidak  terlalu  banyak  revisian  biar  otaknya  ga  di  puter-puter  lagi  seperti  3  hari  belakangan  ini.

            Ini  dia  hasil  dua  bulan  ini,  mau  tau  ngga.???  Mau  yaah…  awas  lho ya  kalo  bilang  ga  mau  tau.  Ciaatt…ciaaaaatttt…huaattt…caaaatttt…. Wataauu…!!!!!



 cekidootttt.....!!!!!

MANFAAT GETAH TANAMAN PISANG
( Musa paradisiaca ) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA GORES








Di susun oleh:
1.     Romsil Laili                             ( 10-250-0008 )


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PGRI  ADI BUANA SURABAYA
2013
 



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Seminar ini yang dimaksudkan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa-mahasiswi tentang “Manfaat Getah Tanaman Pisang (Musa paradisiaca) Terhadap Penyembuhan Luka Gores”
      Kami mengucapkan terima kasih kepada berbaagai pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, baik secara lansung maupun tidak langsung. Diantaranya adalah:
             1. Dra. Diah Karunia Binawati, M.Si selaku dosen pembimbing.
  1. Keluargaku tercinta, Ayah, ibu, kakak, mbak ipar, dan pacarku tersayang terima kasih atas doanya.
  2. Teman – temanku tersayang, Gank Blentongers dan Biologi 2010 A yang telah banyak memberi dukungan hingga terselesainya makalah ini.
            Kami menyadari, bahwa  makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang dapat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan pembaca pada umumnya.



Surabaya, 20 April 2013




penyusun

DAFTAR ISI

Halaman judul ……………………………………………………………………...
Kata Pengantar ……………………………………………………………………..
Daftar Isi ……………………………………………………………………………

BAB I (PENDAHULUAN)
Latar Belakang ……....……………………………………………………………1
Rumusan Masalah ………………………………………………………………...2
Tujuan …………………………………………………………………………….3
Manfaat …………………………………………………………………………...3

BAB II (KAJIAN PUSTAKA)
2.1    Tanaman Pisang…………………..…………………………………………. 5
2.1.1 Klasifikasi Ilmiah ...……….……………………………………………6
2.1.2  Kandungan Dalam Getah Pisang…………...…………….…………....6
2.2  Luka …………………………………………………………………………..7
2.2.1  Pengertian Luka..…………………….………………………………7
2.2.2 Proses Penyembuhan Luka…………….….……………...………….....7
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka…………………..…10
2.3 Getah Pisang …………………………………………………………………11
BAB III (PEMBAHASAN)
3.1  Pengaruh Kandungan Getah Pisang Terhadap Luka Gores …………..…12
3.2 Cara Mendapatkan Getah Pisang ....................................................................13
3.3 Cara Pemakaian Getah Tanaman Pisang pada Kulit yang Luka……………..14
3.4  Mekanisme Penyembuhan Luka Dengan Getah Pisang ……………………..14
3.4.1   Hemostasis dan Pembekuan Darah …………………………………...15
3.4.2   Re-epitelisasi …………………………………………………………18
3.4.3   Neokapilerisasi………………………………………………………. 19
3.4.4   Jaringan Ikat Kolagen ………………………………………………...19
3.5  Efek Samping Dalam Penggunaan Getah Bonggol Pisang Sebagai Obat Oles Alternatif Penyembuh Luka Lecet…………………………………...............20
BAB IV (KESIMPULAN DAN SARAN)
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….21
4.2 Saran …………………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..23


BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
            Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Beberapa daerah di Yogyakarta merupakan daerah penghasil pisang; misalnya: Bantul, Sleman. (Hieronymus B.S., 1996). Buah pisang mengandung nilai gizi yang cukup tinggi sebagai sumber katbohidrat, vtamin dan mineral. (sumber : wikipedia/pisang.com)
Berdasarkan hasil penelitian (Intisari, November 2006),  seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan; misalnya mulai dari akar untuk obat- obatan, batang untuk rakit dan tali temali serta kerajiana, daun untuk pembungkus, buah sebagai makanan yang lezat dan kulit bahnya dapat diolah menjadi cuka kulit pisang.
Pada saat teknologi belum berkembang dan masih minimnya obat-obat pabrik yang beredar di pasaran. Sejak dahulu masyarakat pedesaan lebih memilih menggunakan benda atau bahan disekitarnya yang masih bersifat alami dan terdapat jumlah yang melimpah di alam untuk menolong hidupnya, tak terkecuali pada pohon pisang. Konon, para orang tua zaman dahulu telah menggunakan getah anak pohon pisang untuk menyembuhkan luka. Mereka menganggap getah pohon pisang terasa dingin dan dengan cepat dapat menghilangkan rasa nyeri akibat luka, bahkan luka pun juga bisa tertutup setelah dioleskan pada luka. Hal ini masih berlaku sampai saat ini walaupun sudah banyak obat–obat modern tetapi pada kebanyakan masyarakat pedesaan lebih menggunakan cara tradisional ini.
Selain khasiat yang di dapat dari getah tanaman pisang yang terbukti mujarab, masyarakat juga lebih tertarik karena jumlahnya yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar. Tanaman ini merupakan tanaman budidaya yang banyak di kembangbiakkan di pekarangan rumah selain karena buahnya yang enak juga masyarakat banyak menanamnya karena perawatan yang mudah serta tidak ada perlakuan khusus yang diberikan terhadap tanaman ini.
            Batang tanaman pisang ini kebanyakan dianggap sampah tak terpakai karena setelah buah matang dan di ambil dari tanaman tersebut, batangnya tidak terpakai lagi. Tanaman pisang hanya berbuah satu kali seumur hidupnya jadi masyarakat banyak yang menebang dan membuang begitu saja batang pisang tersebut tanpa mengetahui manfaat yang terkandung di dalamnya. (Sumber: www. iptek.net. 20 Maret 2004. Penyembuh Luka Disekitar Kita.)
2.    Rumusan Masalah
            Perumusan masalah dalam penelitian ilmiah merupakan hal yang penting untuk pemecahan masalah dan memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Adakah pengaruh getah tanaman pisang terhadap penyembuhan luka ?
2.      Bagaimana mekanisme penyembuhan luka dengan getah pohon pisang ?



3.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :
1.  Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh getah tanaman pohon pisang terhadap kecepatan penyembuhan luka gores.
2.      Untuk mengetahui mekanisme penyembuhan luka dengan getah pohon pisang.

4.    Manfaat
  1. Bagi Penulis
Karya tulis ini sebagai wadah untuk menambah wawasan dan  pengetahuan mengenai obat-obatan tradisional yang bermanfaat bagi kesehatan kita. Selain itu Penulis juga dapat memberikan sumbangsih berupa pemikiran, yaitu pemanfaatan getah pohon pisang sebagai obat oles alternatif penyembuh luka lecet.
  1. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang obat-obatan tradisional pengganti obat yang berasal dari sumber yang  terbarukan. Selain itu dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah bonggol pisang karena dapat dimanfaatkan secara maksimal menjadi bahan yang lebih bermanfaat.
  1. Bagi Ilmuwan
Mendorong untuk giat mengembangkan bahan obat alami yang tidak berbahaya bagi kita.
  1. Bagi Pemerintah
Memberi masukan bagi pemerintah agar lebih memperhatikan secara khusus pada pengembangan obat-obatan tradisional yang alami dan tidak berbahaya bagi kesehatan kita.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1    Tanaman Pisang
            Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir.
            Pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara. Tanaman pisang merupakan tanaman yang serba guna, mulai dari akar sampai daun dapat dimanfaatkan. Seperti negara Asia Tenggara lainnya, tanaman ini banyak ditemukan di Indonesia, terutama di daerah yang banyak mendapat sinar matahari. Produksi pisang di Indonesia cukup besar, bahkan Indonesia menjadi salah satu penghasil pisang terbesar di dunia. Produksi pisang nasional terus meningkat setiap tahun, misalnya dari 2.308.379 ton (tahun 1988) menjadi 2.417.760 ton (tahun 1989). Daerah penghasil pisang terbesar berada di Pulau Jawa (Suhardi dkk, 2002). Pohon pisang bisa mencapai ketinggian 3 m.
            Batang pisang berupa batang semu berpelepah berwarna hijau sampai coklat. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium. Jantung pisang yang merupakan bunga pisang berwarna merah tua keunguan. Di bagian dalamnya terdapat bakal pisang. Secara umum pemanfaatan tanaman pisang sudah dimulai sejak zaman dulu. Banyak terdengar cerita pada jaman penjajahan Belanda dan Jepang, rakyat Indonesia sangat kekurangan pangan, sehingga pada masyarakat di daerah tertentu mengonsumsi bonggol pisang sebagai pengganti beras dan gandum. Selama ini pohon pisang masih terbatas buahnya saja yang dikonsumsi dan dimanfaatkan, padahal sejatinya masih banyak lagi bagian darinya yang sangat berguna.
            Pisang budidaya pada masa sekarang dianggap merupakan keturunan dari Musa acuminata yang diploid dan tumbuh liar. Genom yang disumbangkan diberi simbol A. Persilangan alami dengan Musa balbisiana memasukkan genom baru, disebut B, dan menyebabkan bervariasinya jenis-jenis pisang. Pengaruh genom B terutama terlihat pada kandungan tepung pada buah yang lebih tinggi. Secara umum, genom A menyumbang karakter ke arah buah meja (banana), sementara genom B ke arah buah pisang olah/masak (plantain). Hibrida M. acuminata dengan M. balbisiana ini dikenal sebagai M. paradisiaca. Khusus untuk Kelompok AAB, nama Musa sapientum pernah digunakan.
            Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi daripada apel. Apel dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori. Karbohidrat pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu, banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan energi.
Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.
Namun, kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3 persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak. (sumber : wikipedia/pisang.com)
2.1.1    Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Ordo                : Zingiberales
Famili              : Musaceae
Genus              : Musa.           
Spesies            : Musa sp

2.1.2    Kandungan Dalam Getah Pisang
Pada pohon pisang terdapat berbagai kandungan yang dapat memberi manfaat bagi kita. Di dalam getahnya terdapat kandungan antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit (Budi, 2008). Fungsi sebagai antibiotik mempunyai makna getah batang pisang berperan untuk membunuh kuman-kuman penyakit penyebab timbulnya infeksi yang dapat memperparah luka penderita.
Getah batang pohon pisang mengandung beberapa jenis fitokimia yaitu saponin dengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid dan tanin dan tidak mengandung alkaloid, steroid dan triterpenoid. getah tanaman pisang selama ini diketahui mengandung saponin (untuk pembentukan pembuluh darah baru), flavonoid (penyingkat fase peradangan sekaligus pencegah infeksi) dan asam askorbat (pembentuk jaringan ikat kolagen).
 Senyawa flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa flavon golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan C6 - C3 - C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambung oleh rantai alifatik 3 karbon, senyawa ini merupakan senyawa flavonoid larut dalam air serta dapat diekskresikan menggunakan etanol 70 % (Harborne, 1987).
Sementara itu,kandungan lektin pada getah batang pisang berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Dengan adanya lektin pertumbuhan sel-sel kulit penutup luka menjadi lebih cepat,karena lektin dapat merangsang tumbuhnya sel.Hal ini menjadi bukti khasiat pohon pisang yang sangat besar dalam proses penyembuhan luka.
2.2  Luka 
2.2.1        Pengertian Luka
          Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Sedangkan Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa luka adalah rusak/terputusnya kontinuitas jaringan. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Beberapa efek akan muncul Ketika terjadi luka :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
(sumber : GUDANG ILMU: proses penyembuhan luka.blogspot.com)

2.2.2        Proses Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010).

Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase:
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima. pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor). (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
2. Fase Proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)

3.      Fase Maturasi
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah penyembuhan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa luka dapat sembuh secara alami tanpa pertolongan dari luar, tetapi cari alami ini memakan waktu cukup lama dan meninggalkan luka parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.
(sumber : Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed-2. Jakarta : EGC. 2004.)

2.2.3        faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
Penyembuhan luka dapat tegantung oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri (endogen) atau oleh penyebab dari dalam tubuh sendri (eksogen).
Penyebab endogen terpenting adalah ganguan koagulasi yang disebut koagulopati dan ganguan sistem imun.
Berikut adalah faktor yang bisa menghambat penyembuhan luka :
  1. Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
  2. Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
  3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
  4. Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
  5. Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
  6. Iskemi, merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
  7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
  8. Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera,• Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular. (sumber : GUDANG ILMU: proses penyembuhan luka.blogspot.com)
2.3    Getah Batang Pisang
            Getah adalah istilah umum untuk menyebut cairan kental yang keluar dari tubuh, baik tumbuhan maupun hewan. Namun demikian, penggunaan getah pada hewan terbatas, yaitu untuk menyebut cairan limfa (getah bening). Pada tumbuhan, getah adalah segala sesuatu yang bersifat cair dan kental yang keluar dari batang atau daun yang terluka. Dengan demikian tidak dibedakan apakah cairan itu merupakan cairan nutrisi dari pembuluh tapis, lateks, atau resin. Lateks dan resin merupakan cairan yang dihasilkan dari pembuluh khusus. Bagi tumbuhan, fungsi cairan adalah sebagai alat pertahanan diri. (sumber: www. iptek.net. 20 Maret 2004. Penyembuh Luka Disekitar Kita.)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Kandungan Getah Pisang Terhadap Luka Gores
            Pada beberapa penelitian, getah pisang disebutkan mempunyai kandungan saponin, asam askorbat, flavonoid, dan antrakuinon.yang memiliki khasiat dapat digunakan untuk membantu penyembuhan luka. (anonim, 2010). Dan di dalam getah batang pisang terdapat kandungan tanin dan lektin yang dapat mempercepat tumbuhnya sel baru.
            Saponin adalah glikosida yag ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Saponin mempunyai rasa yang pahit dan bersifat hemolitik, dimana jika di masukan dalam larutan air, akan membentuk busa yang stabil dan menghemolisa eritrosit. Berat molekul saponin relative tinggi dan analisis menghasilkan formula empiris yang mendekati. Saponin dapat merangsang kerja ginjal dan meningkatkan dieresis serta dapat digunakan sebagai detergen. Saponin bersifat anti bakteri dan anti radang (Hernani, Mono Rahardjo, 2005).
            Asam askorbat mempunyai peran dalam proses pembentukan hidroksi prolin dan lisin dalam kolagen. Karena kolagen merupakan komponen penting pada jaringan ikat sehingga asam askorbat penting dalam proses penyembuhan luka (Hernani, Mono Hardjo, 2005). Asam askorbat dibutuhkan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan.
            Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid merupakan oksida yang potensial untuk mencegah pembentukan radikal bebas, yang mempunyai sifat anti bakteri dan antiviral. Flavonoid juga berfungsi sebagai anti inflamasi yang dapat memperpendek waktu penyembuhan pada luka. Flavonoid juga merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai anti radang, mencegah terjadinya edema, meningkatkan suplai pembuluh darah, dan memicu pembentukan kolagen serta elastin (Hernani, Mono Hardjo, 2005).
            Antrakuinon termasuk zat anti bakteri yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas aeroginosa, Proteus morgaii, Staphylococcus aureus, Bacillis substillis, Escherichia coli, salmonella dan shigella ( Wang, 2002). (sumber http://www.google.com/url.repository.maranatha.edu)
            Lektin pada getah batang pisang berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Dengan adanya lektin pertumbuhan sel-sel kulit penutup luka menjadi lebih cepat, karena lektin dapat merangsang tumbuhnya sel. Selain itu luka yang telah kering tidak akan menimbulkan parut yang sangat terlihat. Hal ini menjadi bukti khasiat pohon pisang yang sangat besar dalam proses penyembuhan luka.
            Tanin diproduksi oleh tanaman, berfungsi sebagai subtansi pelindung pada dalam jaringan maupun luar jaringan. Tanin umumnya tahan terhadap perombakan atau fermentasi selain itu menurunkan kemampuan binatang untuk mengkonsumsi tanaman atau juga mencegah pembusukan daun pada pohon. Tanin bekerja sebagai zat astringent, menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada kulit dan mukosa (Healthlink, 2000).  http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/2093026-percepat-penyembuhan-luka-dengan-getah/
3.2 Cara Mendapatkan Getah Pisang
·       Batang pisang di cuci bersih dan di potong kecil-kecil
·       Batang pisang dihaluskan dengan menggunakan mortar.
·      Peras batang pisang yang telah dihaluskan, kemudian ambil sari yang keluar dari perasan tersebut
·      Sari yang keluar dari perasan batang pisang tersebut yang dimaksud dengan getah tanaman pisang


3.3  Cara Pemakaian Getah Tanaman Pisang pada Kulit yang Luka
            Ada beberapa cara untuk menyembuhkan luka lecet dengan getah pisang ini, yang pertama luka tersebut kita bersihkan dahulu. Kemudian oleskan getah batang pisang yang sudah diperas tersebut pada bagian tubuh yang terkena luka. Getah tanaman pisang ini dapat memberi efek dingin pada bagian yang terkena luka, sehingga dapat mempercepat proses pembekuan darah sehingga darah  tidak mengalir keluar lagi. Luka dapat segera menutup dan cepat kering, sehingga orang yang terkena luka lecet dapat segera sembuh (Budi, 2008). (sumber: http://www.google.com/url.repository.maranatha.edu).
3.4  Mekanisme Penyembuhan Luka Dengan Getah Pisang
   Secara fisiologis penyembuhan adalah pemulihan jaringan hidup yang rusak fungsi normal. Ini adalah proses di mana sel-sel dalam tubuh regenerasi dan perbaikan untuk mengurangi ukuran rusak atau nekrotik daerah. Penyembuhan menggabungkan kedua penghapusan nekrotik jaringan (pembongkaran), dan penggantian jaringan ini.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bio-seluler, bio-kimia terjadi berkisanambungan. Penggabungan respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil memberikan kesembuhan.
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi-Hasan,2002).
Setelah luka diolesi getah pisang maka secara otomatis akan terjadi reaksi dari kulit yang luka terhadap getah pisang tersebut. Berikut adalah tahapan penyembuhan luka dengan getah tanaman pisang.
3.4.1        Hemostasis dan Pembekuan Darah
                        Istilah hemostasis pencegahan kehilangan darah. Bila pembuluh darah terputus atau pecah, hemostasis dilakukan oleh berbagai mekanisme, yaitu (1) spasme vascular, (2) pembentukan sumbat trombosit, (3) pembekuan darah, (4) pembentukan jaringan fibrosa ke dalam bekuan darah untuk menutup lubang pada pembuluh darah secara permanen. Peristiwa pada proses hemostatis dan pembekuan darah dipengaruhi oleh senyawa saponin yang terdapat pada getah pohon pisang karena saponin bersifat hemolitik, dimana jika di masukan dalam larutan air, akan membentuk busa yang stabil dan menghemolisa eritrosit. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau robek, dinding pembuluh berkontraksi; hal ini dengan segera mengurangi aliran darah dari pembuluh yang robek. Kontraksi disebabkan oleh reflek saraf dan spasme miogenik local. Reflek saraf diduga diawali oleh impuls yang berasal dari pembuluh yang mengalami trauma atau dari jaringan yang berdekatan. Akan tetapi, sebagian besar spasme mungkin akibat dari kontraksi miogenik local pembuluh darah. Yang dimulai oleh kerusakan langsung pada dinding vascular yang diduga menyebabkan penghantaran potensial aksi sepanjang beberapa sentimeter pada dinding pembuluh dan mengakibatkan konstriksi pembuluh. Makin banyak pembuluh yang mengalami trauma, makin besar derajat spasmenya; hal ini berarti bahwa pembuluh darah yang terpotong secara tajam biasanya lebih banyak mengeluarkan darah daripada pecahnya pembuluh karena pukulan. Spasme vascular lokal ini berlangsung selama 20 menit sampai 30 menit, selama waktu ini dapat berlangsung proses sumbatan trombosit dan pembekuan darah. Peristiwa kedua pada hemostasis adalah percobaan trombosit untuk menyumbat koyakan pada pembuluh. Untuk mengetahui hal ini pertama kali perlu kita perlu mengetahui sifat trombosit itu sendiri. Trombosit adalah lempeng bulat atau oval yang kecil, garis tengahnya sekita 2 mikron. Mereka merupakan fragmen megakariosit, yang merupakan sel yang sangat besar dari seri hemopoiesis yang   dibentuk dalam sumsum tulang. Megakariosit mengalami disintegrasi menjadi trombosit, sementara mereka tetap berada dalam sumsum tulang dan melepaskan trombosit ke dalam darah. Konsentrasi normal trombosit dalam darah antara 200.000 dan 400.000 per millimeter kubik.
                        Trombosit memperbaiki lubang pada pembuluh vaskular didasarkan pada beberapa fungsi penting trombosit itu sendiri. Bila trombosit bersentuhan dengan permukaan vaskular yang rusak, seperti serabut-serabut kolagen dalam dinding vaskular, mereka dengan segera mengubah sifat-sifatnya secara drastik. Mereka mulai membengkak; mereka mengambil bentuk tak teratur dengan sejumlah   penonjolan yang keluar dari permukaannya; mereka menjadi lengket sehingga mereka melekat pada serabut-serabut kolagen; dan mereka mengsekresi ADP dalam jumlah besar dan enzim-enzim yang menyebabkan pembentukan      tromboksan  A  dalam plasma.
                        Selanjutnya, ADP dan tromboksan A bekerja pada trombosit-trombosit      yang berdekatan untuk mengatifkan mereka, dan penambahan pelengketan   trombosit itu menyebakan mereka melekat pada trombosit yang semula   mengaktifkannya. Oleh karena itu terjadi proses pengaktifan lingkaran yang berturut-turut meningkatkan jumlah trombosit; pengelompokan ini membentuk sumbat trombosit. Jika celah ada pada pembuluh darah kecil, maka sumbat trombosit sendiri dapatt menghentikan pendarahan sama sekali tetapi jika terdapat lubang besar maka diperlukan bekuan darah disamping sumbat trombosit untuk menghentikan pendarahan. Mekanisme pembentukan sumbat trombosit sangat penting untuk menutup rupture kecil dalam pembuluh darah sangat kecil yang timbul ratusan kali dalam sehari, termasuk yang melalui sel endotel sendiri. Orang  mempunyai trombosit sangat sedikit benar-benar membentuk ratusan daerah perdarahan kecil di bawah kulitnya dan keseluruhan jaringan dalamnya tetapi hal ini tidak terjadi pada orang normal.
                        Mekanisme ketiga untuk hemostasis pembentukan bekuan darah. Bekuan mulai timbul dalam 15 sampai 20 detik bila trauma dinding vascular berat dan dalam satu sampai dua menit bila traumanya ringan. Zat activator yang berasal dari dinding vascular yang mengalami trauma serta dari trombosit dan protein-protein darah yang melekat pada kolagen dinding vascular yang mengalami trauma mengawali proses pembekuan. Dalam 3 sampai 6 menit setelah robeknya pembuluh, seluruh ujung pembuluh yang terpotong atau yang patah akan diisi dengan bekuan. Setelah 30 menit sampai 1 jam, bekuan mengalami retraksi; hal ini menutup pembuluh lebih lanjut. Trombosit memegang peranan penting pada retrasksi bekuan ini.
                        Protrombin adalah suatu protein plasma, mempunyai berat molekul 68.700. Protrombin terdapat dalam plasma normal dalam konsentarsi sekitar 15 mg/100 ml. Protrombin adalah suatu protein tidak stabil yang dapat pecah dengan mudah menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah satu diantaranya adalah trombin, yang mempunyai berat molekul 33.700, hampir tepat separuh berat molekul protrombin. Protrombin dibentuk terus-menerus oleh hati, dan secara terus-menerus digunakan di seluruh tubuh untuk pembekuan darah. Bila hari gagal membentuk protrombin, konsentrasinya dalam darah dalam 24 jam turun terlalu rendah untuk dapat menghasilkan pembekuan darah normal. Vitamin K diperlukan oleh hati untuk pembentukan normal protrombin; oleh karena itu kekurangan vitamin K atau adanya penyakit hati menghalangi pembentukan protrombin normal dan sering menurunkan kadar protrombin demikian rendahnya sehingga mengakibatkan kecenderungan mengalami pendarahan. Setelah activator terbentuk sebagai akibat robeknya pembuluh darah atau sebagai akibat kerusakan zat aktivator khusus dalam darah, ia dapat menyebabkan perubahan protrombin menjadi trombin, yang selanjutnya menyebabkan polimerasi molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam 10 sampai 15 detik. Jadi factor yang membatasi kecepatran yang menyebabkan pembekuan darah adalah pemebntukan aktivator protrombin bukan reaksi-reaksi selanjutnya. (sumber: http://www.google.com/url.uinmalang.ac.id).
3.4.2   Re-epitelisasi
            Re-epitelisasi merupakan tahapan perbaikan luka yang meliputi mobilisasi, migrasi, mitosis, dan diferensiasi sel epitel. (Tahapan-tahapan ini akan mengembalikan intregitas kulit yang hilang). Pada tahapan ini, perbaikan luka dipengaruhi oleh komponen flavonoid sebagai anti radang, mencegah terjadinya edema, meningkatkan suplai pembuluh darah, dan memicu pembentukan kolagen
            Proses reepitelisasi akan menghasilkan kembali lapisan epidermis yang utuh untuk menutup luka sehingga dapat terlindungi dari lingkungan luar. Proses reepitelisasi terdiri dari fase migrasi, proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Migrasi dan proliferasi keratinosit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Fibroblast Growth Factor (FGF), Epidermal Growth Factor (EGF), Transforming Growth Factor- β (TGF-β), Transforming Growth Factor- α (TGF- α), Insulin-like growth factor 1 (IGF-1), danHepatocyte Growth Factor (HGF). Penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh re-epitelisasi, karena semakin cepat proses re- epitelisasi semakin cepat pula luka tertutup sehingga semakin cepat penyembuhan luka. Kecepatan dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam obat yang diberikan, jika obat tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan dengan cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit. Kepadatan jaringan ikat yang lebih padat pada kelompok ekstrak batang pohon pisang menunjukkan bahwa pengecilan besar luka lebih cepat terjadi pada kelompok getah tanaman pisang, ini dikarenakan semakin banyaknya jaringan ikat pada luka maka semakin besar daya kontraksi luka sehingga sisi luka akan tertarik dan menyebabkan besar luka menjadi mengecil.
3.4.3   Neokapilerisasi
            Neokapilerisasi merupakan pembuluh darah baru berupa tunas-tunas yang terbentuk dari pembuluh darah dan akan berkembang menjadi percabangan baru pada jaringan luka. Neokapilerisasi akan saling beranastomosis dan membentuk suatu jaringan sirkulasi darah yang padat pada jaringan luka. Pembuluh darah memiliki peranan penting dalam perbaikan jaringan untuk memberikan asupan nutrisi bagi jaringan yang sedang beregenerasi. Pembuluh darah juga menghantarkan sel-sel radang yang dibentuk di dalam sumsum tulang untuk mendekati jaringan yang terluka hingga sel radang tersebut melakukan emigrasi (Singer dan Clark, 1999).
                        Jumlah yang tertinggi dari semua kelompok dapat terlihat pada hari ke-5. Pada hari ke-5 ini neokapiler memberikan nutrisi yang maksimal bagi jaringan yang tengah beregenerasi.
3.4.4        Jaringan Ikat Kolagen
            Kolagen merupakan bahan penunjang utama dalam kulit, tulang rawan dan jaringan ikat (Ramali dan Pamuntjak, 1996). Asam askorbat merupakan senyawa yang dibutuhkan pada tahap ini, untuk menjaga struktur kolagen, sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Kolagen diproduksi oleh fibroblas. Fibroblas merupakan sel yang multifungsi yang sering terlihat ketika jaringan merespon adanya luka. Fibroblas berperan dalam menjaga keutuhan strukur jaringan dan dalam sintesis kolagen bersama rough reticulum endoplasm (RER).
            Fibroblas juga memproduksi extracelullar matrix (ECM) protein, cytokin, matrix metalloproteinase dan chemokin yang mengatur komposisi dari lingkungan mikro ekstraselular (Extracellular Microenvironment)            pada kondisi fisiologis dan patologis (McGavin dan Zachary, 2007). Kepadatan jaringan ikat akan membantu kontraksi luka yang akan membuat kedua sisi luka tertarik dan luka menjadi semakin kecil. Kolagen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka (Tawi, 2008).
                        Jaringan ikat kolagen mulai terbentuk pada hari ke-7 pasca perlukan, . Hal ini disebabkan oleh luka pada kelompok yang diberi getah pisang telah mengalami persembuhan lebih awal, sehingga jumlah jaringan ikat kolagen yang berfungsi untuk menarik luka agar luka menutup sudah mulai berkurang. Jumlah jaringan ikat kolagen pada hari terakhir yaitu hari ke-21 pada bagian tubuh yang diberi getah pisang pun tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan penebalan jaringan parut. (sumber: http://www.google.com/url.ojs.unud.ac.id).
3.5    Efek Samping Dalam Penggunaan Getah Bonggol Pisang Sebagai Obat Oles Alternatif Penyembuh Luka Lecet.
                 Getah bonggol pisang yang mengandung banyak kandungan zat yang berguna bagi penyembuhan luka ternyata juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari getah bonggol pisang untuk mengobati luka adalah sedikit gatal-gatal pada luka dan bagian kulit sekitarnya. Memang getah pada bonggol pisang mengandung sedikit zat yang menimbulkan efek gatal pada kulit, namun zat yang sedikit tersebut tidak akan mempengaruhi penyembuhan luka (Budi, 2008). (sumber: Getah_Pisang_Raja_Hantarkan_Mahasiswa_UGM_Raih_Emas_di_PIMNAS XXIII _ Universitas Gadjah Mada.html)

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1  Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.        Getah tanaman pisang yang jarang sekali dimanfaatkan ternyata sangat bermanfaat dalam menyembuhkan luka gores pada kulit dan tidak menimbulkan parut.
2.        Cara pemakaian getah pisang pada yang terluka ada dua cara, yang pertama langsung mengoleskan getah pada luka setelah luka dibersihkan, kedua menumbuk batang pisang terlebih dahulu baru dioleskan pada luka.
3.        Getah tanaman pisang (Musa paradisiaca) berpengaruh mempercepat proses penyembuhan luka gores.
4.        Zat aktif yang terkandung dalam getah batang pisang (Musa paradisiaca) yang berperan menyembuhkan luka adalah saponin, antrakuinon, tannin pada getah batang pisang yang ditengarai berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Sementara kandungan lektin dan asam askorbat berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kulit.
5.        Getah batang pisang memiliki aktivitas mempercepat proses penyembuhan luka   pada subjek penelitian dengan mempercepat re-epitelisasi, memper-cepat proses   neokapilerisasi, meningkatkan pembentukan jaringan ikat pada kulit sehingga dapat digunakan sebagai alternatif untuk penyembuhan luka gores.
6.        Adapun proses kerja getah pisang dalam menyembuhkan luka adalah memperlihatkan penutupan luka dan penyatuan jaringan penutup permukaan luar tubuh (regenerasi sel epitel ) berlangsung lebih cepat pada tikus yang diobati dengan getah batang pisang dari pada yang tidak diobati.


2.4    Saran
1.      perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek getah pisang terhadap penyembuhan luka gores.
2.      Perlu dilakukan isolasi zat aktif agar dapat diketahui efeknya secara langsung.
3.      Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping dan efek toksik yang ditimbulkan dari pemakaian getah pisang terhadap kulit.
4.      Perlu dilakukan penelitian uji klinis terhadap manusia.

DAFTAR PUSTAKA

·      Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed-2. Jakarta : EGC. 2004.
·      www. iptek.net. 20 Maret 2004. Penyembuh Luka Disekitar Kita.
·      wikipedia.com/pisang
·      Getah_Pisang_Raja_Hantarkan_Mahasiswa_UGM_Raih_Emas_di_PIMNAS XXIII _ Universitas Gadjah Mada.html
 *) diambil dari berbagai sumber

 



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Unknown mengatakan...

good.....10000000000000000000x

Unknown mengatakan...

bun bingung sayank...
nol nya kebanyakan, bingung ngitungnya

Posting Komentar