Hai..hai..hai…..
I’m
back :p
Huaaa….. setelah sekian lama
saia vakum dari
dunia blogging akhirnya saia kembali
lagi dengan semangat
baru. Heemmm… dua bulan
ini buanyak beud tugas
kuliah yang harus
saia selesaikan, dan yang paling
mencuri perhatian saia adalah mata kuliah
seminar. Di mata
kuliah ini setiap
mahasiswa DIWAJIBKAN
membuat 1 judul proposal
penelitian. Berkutat seputar judul saja
sudah mulai bingung
apalagi dengan isinya.? Heuuuh. Apalagi penelitiannya..???
Yang saia kerjakan dua bulan
ini adalah mulai membuat judul terlebih
dahulu, setelah itu membuat
rancangan penelitian, kerangka penelitian, hipotesis penelitian dan yang
terakhir adalah actionnya.
Di bagian ini saia mengalami
sedikit kesulitan dimana saia
harus mengerjakan sebuah laporan
tanpa melakukan praktek. Bener-bener aneh, tapi
ya walaupun gitu semuanya
terselesaikan tepat waktu. Alhamdulillah.
Tinggal menunggu konsultasi berikutnya mengenai judul ini, semoga tidak
terlalu banyak revisian
biar otaknya ga di puter-puter lagi seperti
3 hari belakangan
ini.
Ini dia hasil dua bulan ini,
mau tau ngga.??? Mau yaah…
awas lho ya kalo
bilang ga mau tau. Ciaatt…ciaaaaatttt…huaattt…caaaatttt….
Wataauu…!!!!!
cekidootttt.....!!!!!
MANFAAT
GETAH TANAMAN PISANG
(
Musa paradisiaca ) TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA GORES
Di
susun oleh:
1. Romsil Laili
( 10-250-0008
)
PROGRAM
STUDI BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PGRI ADI BUANA SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Seminar ini yang
dimaksudkan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa-mahasiswi tentang “Manfaat Getah Tanaman Pisang (Musa paradisiaca) Terhadap
Penyembuhan Luka Gores”
Kami mengucapkan terima kasih
kepada berbaagai pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, baik
secara lansung maupun tidak langsung. Diantaranya adalah:
1. Dra. Diah Karunia Binawati, M.Si selaku dosen
pembimbing.
- Keluargaku tercinta, Ayah, ibu, kakak, mbak ipar, dan pacarku tersayang terima kasih atas doanya.
- Teman – temanku tersayang, Gank Blentongers dan Biologi 2010 A yang telah banyak memberi dukungan hingga terselesainya makalah ini.
Kami menyadari, bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran
yang dapat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surabaya, 20 April 2013
penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul
……………………………………………………………………...
Kata Pengantar ……………………………………………………………………..
Daftar Isi ……………………………………………………………………………
BAB I (PENDAHULUAN)
Latar Belakang ……....……………………………………………………………1
Rumusan Masalah
………………………………………………………………...2
Tujuan …………………………………………………………………………….3
Manfaat
…………………………………………………………………………...3
BAB II (KAJIAN PUSTAKA)
2.1
Tanaman
Pisang…………………..………………………………………….
5
2.1.1
Klasifikasi Ilmiah ...……….……………………………………………6
2.1.2 Kandungan Dalam
Getah Pisang…………...…………….…………....6
2.2 Luka …………………………………………………………………………..7
2.2.1 Pengertian Luka..…………………….………………………………7
2.2.2 Proses Penyembuhan Luka…………….….……………...………….....7
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka…………………..…10
2.3 Getah Pisang …………………………………………………………………11
BAB III (PEMBAHASAN)
3.1 Pengaruh Kandungan Getah Pisang Terhadap Luka
Gores …………..…12
3.2 Cara Mendapatkan Getah Pisang
....................................................................13
3.3 Cara
Pemakaian Getah Tanaman Pisang pada Kulit yang Luka……………..14
3.4 Mekanisme Penyembuhan Luka
Dengan Getah Pisang ……………………..14
3.4.1
Hemostasis dan Pembekuan Darah …………………………………...15
3.4.2
Re-epitelisasi …………………………………………………………18
3.4.3
Neokapilerisasi………………………………………………………. 19
3.4.4
Jaringan Ikat Kolagen ………………………………………………...19
3.5 Efek Samping Dalam Penggunaan Getah Bonggol
Pisang Sebagai Obat Oles Alternatif Penyembuh Luka Lecet…………………………………...............20
BAB
IV (KESIMPULAN DAN SARAN)
4.1 Kesimpulan
………………………………………………………………….21
4.2 Saran
…………………………………………………………………………22
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………………..23
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Pisang adalah nama umum yang
diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku
Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M.
paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini
tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang
disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning
ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu,
atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber
energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari
kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar),
Amerika Selatan dan Tengah. Beberapa daerah di Yogyakarta merupakan daerah
penghasil pisang; misalnya: Bantul, Sleman. (Hieronymus B.S.,
1996). Buah pisang mengandung nilai gizi yang cukup tinggi sebagai sumber
katbohidrat, vtamin dan mineral. (sumber
: wikipedia/pisang.com)
Berdasarkan
hasil penelitian (Intisari, November 2006),
seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan; misalnya mulai
dari akar untuk obat- obatan, batang untuk rakit dan tali temali serta
kerajiana, daun untuk pembungkus, buah sebagai makanan yang lezat dan kulit
bahnya dapat diolah menjadi cuka kulit pisang.
Pada saat teknologi belum berkembang dan masih minimnya
obat-obat pabrik yang beredar di pasaran. Sejak dahulu masyarakat pedesaan
lebih memilih menggunakan benda atau bahan disekitarnya yang masih bersifat
alami dan terdapat jumlah yang melimpah di alam untuk menolong hidupnya, tak
terkecuali pada pohon pisang. Konon, para orang tua zaman dahulu telah
menggunakan getah anak pohon pisang untuk menyembuhkan luka. Mereka menganggap
getah pohon pisang terasa dingin dan dengan cepat dapat menghilangkan rasa
nyeri akibat luka, bahkan luka pun juga bisa tertutup setelah dioleskan pada
luka. Hal ini masih berlaku sampai saat ini walaupun sudah banyak obat–obat
modern tetapi pada kebanyakan masyarakat pedesaan lebih menggunakan cara
tradisional ini.
Selain khasiat yang di dapat dari getah tanaman pisang yang
terbukti mujarab, masyarakat juga lebih tertarik karena jumlahnya yang banyak
tumbuh di lingkungan sekitar. Tanaman ini merupakan tanaman budidaya yang
banyak di kembangbiakkan di pekarangan rumah selain karena buahnya yang enak
juga masyarakat banyak menanamnya karena perawatan yang mudah serta tidak ada
perlakuan khusus yang diberikan terhadap tanaman ini.
Batang tanaman
pisang ini kebanyakan dianggap sampah tak terpakai karena setelah buah matang
dan di ambil dari tanaman tersebut, batangnya tidak terpakai lagi. Tanaman
pisang hanya berbuah satu kali seumur hidupnya jadi masyarakat banyak yang
menebang dan membuang begitu saja batang pisang tersebut tanpa mengetahui
manfaat yang terkandung di dalamnya. (Sumber: www.
iptek.net. 20 Maret 2004. Penyembuh Luka Disekitar Kita.)
2. Rumusan
Masalah
Perumusan
masalah dalam penelitian ilmiah merupakan hal yang penting untuk pemecahan
masalah dan memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Adakah
pengaruh getah tanaman pisang terhadap penyembuhan luka ?
2.
Bagaimana
mekanisme penyembuhan luka dengan getah pohon pisang ?
3.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh getah tanaman pohon pisang terhadap kecepatan
penyembuhan luka gores.
2.
Untuk
mengetahui mekanisme penyembuhan luka dengan getah pohon pisang.
4. Manfaat
- Bagi Penulis
Karya tulis ini sebagai
wadah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai obat-obatan tradisional yang bermanfaat bagi
kesehatan kita. Selain itu Penulis juga dapat memberikan sumbangsih berupa
pemikiran, yaitu pemanfaatan getah pohon pisang sebagai obat oles alternatif
penyembuh luka lecet.
- Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan
tentang obat-obatan tradisional pengganti obat yang berasal dari sumber yang terbarukan. Selain itu dapat meningkatkan
nilai ekonomis limbah bonggol pisang karena dapat dimanfaatkan secara maksimal
menjadi bahan yang lebih bermanfaat.
- Bagi Ilmuwan
Mendorong untuk giat mengembangkan bahan obat alami yang
tidak berbahaya bagi kita.
- Bagi Pemerintah
Memberi masukan bagi
pemerintah agar lebih memperhatikan secara khusus pada pengembangan obat-obatan
tradisional yang alami dan tidak berbahaya bagi kesehatan kita.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Tanaman
Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa
acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini
tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang
disebut sisir.
Pisang merupakan tanaman asli daerah
Asia Tenggara. Tanaman
pisang merupakan tanaman yang serba guna, mulai dari akar sampai daun dapat
dimanfaatkan. Seperti negara
Asia Tenggara lainnya, tanaman ini banyak ditemukan di
Indonesia, terutama di daerah yang banyak mendapat sinar matahari. Produksi
pisang di Indonesia cukup besar, bahkan Indonesia menjadi salah satu penghasil
pisang terbesar di dunia. Produksi pisang nasional terus meningkat setiap
tahun, misalnya dari 2.308.379 ton (tahun 1988) menjadi 2.417.760 ton (tahun
1989). Daerah penghasil pisang terbesar berada di Pulau Jawa (Suhardi dkk,
2002). Pohon pisang bisa mencapai ketinggian 3
m.
Batang pisang berupa batang semu
berpelepah berwarna hijau sampai coklat. Hampir
semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada
beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam.
Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan
mineral, terutama kalium. Jantung pisang yang merupakan bunga pisang berwarna
merah tua keunguan. Di bagian dalamnya terdapat bakal pisang. Secara umum
pemanfaatan tanaman pisang sudah dimulai sejak zaman dulu. Banyak terdengar
cerita pada jaman penjajahan Belanda dan Jepang, rakyat Indonesia sangat kekurangan pangan,
sehingga pada masyarakat di daerah tertentu mengonsumsi bonggol pisang sebagai
pengganti beras dan gandum. Selama ini pohon pisang masih terbatas buahnya saja
yang dikonsumsi dan dimanfaatkan, padahal sejatinya masih banyak lagi bagian
darinya yang sangat berguna.
Pisang budidaya pada masa sekarang
dianggap merupakan keturunan dari Musa acuminata yang diploid dan tumbuh
liar. Genom yang disumbangkan diberi simbol A. Persilangan alami dengan Musa
balbisiana memasukkan genom baru, disebut B, dan menyebabkan bervariasinya
jenis-jenis pisang. Pengaruh genom B terutama terlihat pada kandungan tepung
pada buah yang lebih tinggi. Secara umum, genom A menyumbang karakter ke arah
buah meja (banana), sementara genom B ke arah buah pisang olah/masak (plantain).
Hibrida M. acuminata dengan M. balbisiana ini dikenal sebagai M.
paradisiaca. Khusus untuk Kelompok AAB, nama Musa sapientum pernah
digunakan.
Nilai energi pisang
sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari
karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi daripada apel.
Apel dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori. Karbohidrat
pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir
dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab
itu, banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan
energi.
Kandungan
energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat,
sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat
pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara
bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat.
Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan
dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.
Gula pisang
merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik
lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan
energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau
berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak
kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.
Namun,
kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang bagus dan sangat rendah,
yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski demikian, kandungan lemak dan
protein pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3 persen. Karena itu,
tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak. (sumber : wikipedia/pisang.com)
2.1.1 Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa.
Spesies : Musa sp
2.1.2 Kandungan Dalam
Getah Pisang
Pada pohon pisang terdapat berbagai kandungan yang dapat memberi manfaat bagi kita. Di dalam getahnya terdapat kandungan
antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang
rasa sakit (Budi, 2008). Fungsi sebagai
antibiotik mempunyai makna getah batang pisang berperan untuk membunuh
kuman-kuman penyakit penyebab timbulnya infeksi yang dapat memperparah luka
penderita.
Getah batang
pohon pisang mengandung beberapa jenis fitokimia yaitu saponin dengan kandungan
yang paling banyak, kemudian flavonoid dan tanin dan tidak mengandung alkaloid,
steroid dan triterpenoid. getah tanaman pisang
selama ini diketahui mengandung saponin (untuk pembentukan pembuluh darah
baru), flavonoid (penyingkat fase peradangan sekaligus pencegah infeksi) dan
asam askorbat (pembentuk jaringan ikat kolagen).
Senyawa flavonoid menurut strukturnya
merupakan turunan senyawa flavon golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai
deretan C6 - C3 - C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambung oleh rantai
alifatik 3 karbon, senyawa ini merupakan
senyawa flavonoid larut dalam air serta dapat diekskresikan menggunakan etanol 70 % (Harborne, 1987).
Sementara
itu,kandungan lektin pada getah batang pisang berfungsi menstimulasi
pertumbuhan sel kulit. Dengan adanya lektin pertumbuhan sel-sel kulit penutup
luka menjadi lebih cepat,karena lektin dapat merangsang tumbuhnya sel.Hal ini
menjadi bukti khasiat pohon pisang yang sangat besar dalam proses penyembuhan
luka.
2.2 Luka
2.2.1
Pengertian Luka
Luka
adalah
hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Sedangkan Mansjoer (2002) mendefinisikan
luka sebagai keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Dari definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa luka adalah rusak/terputusnya kontinuitas
jaringan. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Beberapa efek akan muncul Ketika terjadi luka :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
(sumber : GUDANG
ILMU: proses penyembuhan luka.blogspot.com)
2.2.2
Proses Penyembuhan Luka
Tubuh yang
sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan
perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh,
melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu
untuk meningkatkan penyembuhan jaringan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong.
2010).
Proses penyembuhannya mencakup beberapa
fase:
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi
berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima. pembuluh
darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan
berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang
putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit
yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala
fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong.
2010.)
Sel mast dalam
jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang,
disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda
dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena
kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan
pembengkakan (tumor). (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
Aktifitas
seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah
(diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim
hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan
monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan
bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi
pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang
amat lemah. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
2. Fase
Proliferasi
Fase
proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai
kira – kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang
belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan
prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi
luka. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
Pada fase ini
serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan
pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil
miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan
regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan
kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul. (Sjamsuhidajat,
R & Wim de Jong. 2010.)
Pada fase
fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk
jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut
jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari
dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh
sel baru yang terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi
ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah
yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan
menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses
fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan
mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan. (Sjamsuhidajat, R & Wim
de Jong. 2010.)
3.
Fase Maturasi
Pada fase ini
terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang
berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali
jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan
dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha
menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem
dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan
diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai
dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang
pucat, tipis, dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan
maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan
regangan kira – kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira – kira
3-6 bulan setelah penyembuhan. (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010.)
Dari teori diatas dapat
disimpulkan bahwa luka dapat sembuh secara alami tanpa pertolongan dari luar,
tetapi cari alami ini memakan waktu cukup lama dan meninggalkan luka parut yang
kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.
(sumber : Sjamsuhidajat R, Wim
de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed-2. Jakarta : EGC. 2004.)
2.2.3
faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
Penyembuhan
luka dapat tegantung oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri (endogen) atau oleh
penyebab dari dalam tubuh sendri (eksogen).
Penyebab endogen terpenting adalah ganguan koagulasi yang disebut koagulopati dan ganguan sistem imun.
Penyebab endogen terpenting adalah ganguan koagulasi yang disebut koagulopati dan ganguan sistem imun.
Berikut
adalah faktor yang bisa menghambat penyembuhan luka :
- Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
- Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
- Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
- Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
- Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
- Iskemi, merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
- Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
- Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera,• Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular. (sumber : GUDANG ILMU: proses penyembuhan luka.blogspot.com)
2.3
Getah Batang Pisang
Getah adalah istilah
umum untuk menyebut cairan kental yang keluar dari tubuh, baik tumbuhan
maupun hewan. Namun demikian, penggunaan getah pada hewan
terbatas, yaitu untuk menyebut cairan limfa (getah bening).
Pada tumbuhan, getah adalah segala sesuatu yang bersifat
cair dan kental yang keluar dari batang atau daun yang terluka. Dengan demikian
tidak dibedakan apakah cairan itu merupakan cairan nutrisi dari pembuluh tapis,
lateks, atau resin. Lateks dan resin merupakan cairan yang dihasilkan dari
pembuluh khusus. Bagi tumbuhan, fungsi cairan adalah sebagai alat pertahanan
diri.
(sumber: www. iptek.net. 20 Maret 2004. Penyembuh
Luka Disekitar Kita.)
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Kandungan Getah Pisang Terhadap Luka Gores
Pada beberapa penelitian,
getah pisang disebutkan mempunyai kandungan saponin, asam askorbat, flavonoid,
dan antrakuinon.yang memiliki khasiat dapat digunakan untuk membantu
penyembuhan luka. (anonim, 2010). Dan di dalam getah batang
pisang terdapat kandungan tanin dan lektin yang dapat
mempercepat tumbuhnya sel baru.
Saponin
adalah glikosida yag ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Saponin mempunyai rasa yang pahit dan bersifat hemolitik, dimana
jika di masukan dalam larutan air, akan membentuk busa yang stabil dan
menghemolisa eritrosit. Berat molekul saponin relative tinggi dan analisis
menghasilkan formula empiris yang mendekati. Saponin dapat merangsang kerja ginjal
dan meningkatkan dieresis serta dapat digunakan sebagai detergen. Saponin
bersifat anti bakteri dan anti radang (Hernani, Mono Rahardjo, 2005).
Asam
askorbat mempunyai peran dalam proses pembentukan hidroksi prolin dan lisin
dalam kolagen. Karena kolagen merupakan komponen penting pada jaringan ikat
sehingga asam askorbat penting dalam proses penyembuhan luka (Hernani, Mono
Hardjo, 2005). Asam askorbat dibutuhkan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang
menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan
lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah
tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan.
Flavonoid
merupakan sejenis
senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom
karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid merupakan oksida yang
potensial untuk mencegah pembentukan radikal bebas, yang mempunyai sifat anti
bakteri dan antiviral. Flavonoid juga berfungsi sebagai anti inflamasi yang
dapat memperpendek waktu penyembuhan pada luka. Flavonoid juga merupakan salah
satu komponen yang berfungsi sebagai anti radang, mencegah terjadinya edema,
meningkatkan suplai pembuluh darah, dan memicu pembentukan kolagen serta elastin
(Hernani, Mono Hardjo, 2005).
Antrakuinon
termasuk zat anti bakteri yang dapat membunuh bakteri Pseudomonas aeroginosa, Proteus morgaii, Staphylococcus aureus,
Bacillis substillis, Escherichia coli, salmonella dan shigella ( Wang, 2002).
(sumber http://www.google.com/url.repository.maranatha.edu)
Lektin
pada getah batang pisang berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel kulit. Dengan
adanya lektin pertumbuhan sel-sel kulit penutup luka menjadi lebih cepat, karena lektin dapat merangsang
tumbuhnya sel. Selain itu luka yang telah kering tidak akan menimbulkan
parut yang sangat terlihat. Hal
ini menjadi bukti khasiat pohon pisang yang sangat besar dalam proses
penyembuhan luka.
Tanin diproduksi oleh tanaman, berfungsi sebagai subtansi
pelindung pada dalam jaringan maupun luar jaringan. Tanin umumnya tahan
terhadap perombakan atau fermentasi selain itu menurunkan kemampuan binatang
untuk mengkonsumsi tanaman atau juga mencegah pembusukan daun pada pohon. Tanin
bekerja sebagai zat astringent, menyusutkan jaringan dan menutup struktur
protein pada kulit dan mukosa (Healthlink, 2000). http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/2093026-percepat-penyembuhan-luka-dengan-getah/
3.2 Cara Mendapatkan Getah
Pisang
· Batang pisang di cuci bersih dan di potong
kecil-kecil
· Batang pisang dihaluskan dengan menggunakan
mortar.
· Peras batang pisang yang telah dihaluskan,
kemudian ambil sari yang keluar dari perasan tersebut
· Sari yang keluar dari perasan batang
pisang tersebut yang dimaksud dengan getah tanaman pisang
3.3 Cara Pemakaian Getah Tanaman Pisang pada Kulit yang Luka
Ada beberapa cara untuk menyembuhkan luka lecet dengan
getah pisang ini, yang pertama luka tersebut kita bersihkan dahulu. Kemudian
oleskan getah batang pisang yang sudah diperas tersebut pada bagian tubuh yang
terkena luka. Getah tanaman pisang ini dapat memberi efek dingin pada bagian
yang terkena luka, sehingga dapat mempercepat proses pembekuan
darah sehingga darah tidak mengalir keluar
lagi. Luka dapat segera menutup dan cepat kering, sehingga orang yang terkena
luka lecet dapat segera sembuh (Budi, 2008). (sumber: http://www.google.com/url.repository.maranatha.edu).
3.4
Mekanisme Penyembuhan Luka Dengan Getah
Pisang
Secara fisiologis penyembuhan adalah pemulihan jaringan hidup yang rusak
fungsi normal. Ini adalah proses di mana sel-sel dalam tubuh regenerasi dan perbaikan untuk mengurangi ukuran rusak
atau nekrotik daerah. Penyembuhan
menggabungkan kedua penghapusan nekrotik jaringan
(pembongkaran), dan penggantian jaringan ini.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena
berbagai kegiatan bio-seluler, bio-kimia terjadi berkisanambungan. Penggabungan
respons vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia sebagai
substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada
proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme
penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat diperkecil dengan
pemahaman dan penelitian yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan
pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil memberikan kesembuhan.
Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan
jaringan ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun
fungsinya dan repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat
(Mawardi-Hasan,2002).
Setelah luka diolesi
getah pisang maka secara otomatis akan terjadi reaksi dari kulit yang luka
terhadap getah pisang tersebut. Berikut adalah tahapan penyembuhan luka dengan
getah tanaman pisang.
3.4.1
Hemostasis dan Pembekuan Darah
Istilah
hemostasis pencegahan kehilangan darah. Bila pembuluh darah terputus atau pecah,
hemostasis dilakukan oleh berbagai mekanisme, yaitu (1) spasme vascular, (2)
pembentukan sumbat trombosit, (3) pembekuan darah, (4) pembentukan jaringan
fibrosa ke dalam bekuan darah untuk menutup lubang pada pembuluh darah secara
permanen. Peristiwa pada proses hemostatis dan pembekuan darah dipengaruhi oleh
senyawa saponin yang terdapat pada getah pohon pisang karena saponin bersifat
hemolitik, dimana jika di masukan dalam larutan air, akan membentuk busa yang
stabil dan menghemolisa eritrosit. Segera setelah pembuluh
darah terpotong atau robek, dinding pembuluh berkontraksi; hal ini dengan
segera mengurangi aliran darah dari pembuluh yang robek. Kontraksi disebabkan
oleh reflek saraf dan spasme miogenik local. Reflek saraf diduga diawali oleh
impuls yang berasal dari pembuluh yang mengalami trauma atau dari jaringan yang
berdekatan. Akan tetapi, sebagian besar spasme mungkin akibat dari kontraksi
miogenik local pembuluh darah. Yang dimulai oleh kerusakan langsung pada
dinding vascular yang diduga menyebabkan penghantaran potensial aksi sepanjang
beberapa sentimeter pada dinding pembuluh dan mengakibatkan konstriksi
pembuluh. Makin banyak pembuluh yang mengalami trauma, makin besar derajat
spasmenya; hal ini berarti bahwa pembuluh darah yang terpotong secara tajam
biasanya lebih banyak mengeluarkan darah daripada pecahnya pembuluh karena
pukulan. Spasme vascular lokal ini berlangsung selama 20 menit sampai 30 menit,
selama waktu ini dapat berlangsung proses sumbatan trombosit dan pembekuan
darah. Peristiwa kedua pada hemostasis adalah percobaan trombosit untuk menyumbat
koyakan pada pembuluh. Untuk mengetahui hal ini pertama kali perlu kita perlu mengetahui
sifat trombosit itu sendiri. Trombosit adalah lempeng bulat atau oval yang
kecil, garis tengahnya sekita 2 mikron. Mereka merupakan fragmen megakariosit,
yang merupakan sel yang sangat besar dari seri hemopoiesis yang dibentuk dalam sumsum tulang. Megakariosit
mengalami disintegrasi menjadi trombosit, sementara mereka tetap berada dalam sumsum
tulang dan melepaskan trombosit ke dalam darah. Konsentrasi normal trombosit
dalam darah antara 200.000 dan 400.000 per millimeter kubik.
Trombosit
memperbaiki lubang pada pembuluh vaskular didasarkan pada beberapa fungsi
penting trombosit itu sendiri. Bila trombosit bersentuhan dengan permukaan
vaskular yang rusak, seperti serabut-serabut kolagen dalam dinding vaskular,
mereka dengan segera mengubah sifat-sifatnya secara drastik. Mereka mulai membengkak;
mereka mengambil bentuk tak teratur dengan sejumlah penonjolan yang keluar dari permukaannya;
mereka menjadi lengket sehingga mereka melekat pada serabut-serabut kolagen;
dan mereka mengsekresi ADP dalam jumlah besar dan enzim-enzim yang menyebabkan
pembentukan tromboksan A
dalam plasma.
Selanjutnya,
ADP dan tromboksan A bekerja pada trombosit-trombosit yang berdekatan untuk mengatifkan mereka,
dan penambahan pelengketan trombosit
itu menyebakan mereka melekat pada trombosit yang semula mengaktifkannya. Oleh karena itu terjadi proses
pengaktifan lingkaran yang berturut-turut meningkatkan jumlah trombosit;
pengelompokan ini membentuk sumbat trombosit. Jika celah ada pada pembuluh
darah kecil, maka sumbat trombosit sendiri dapatt menghentikan pendarahan sama
sekali tetapi jika terdapat lubang besar maka diperlukan bekuan darah disamping
sumbat trombosit untuk menghentikan pendarahan. Mekanisme pembentukan sumbat
trombosit sangat penting untuk menutup rupture kecil dalam pembuluh darah
sangat kecil yang timbul ratusan kali dalam sehari, termasuk yang melalui sel endotel
sendiri. Orang mempunyai trombosit
sangat sedikit benar-benar membentuk ratusan daerah perdarahan kecil di bawah kulitnya
dan keseluruhan jaringan dalamnya tetapi hal ini tidak terjadi pada orang
normal.
Mekanisme ketiga untuk hemostasis
pembentukan bekuan darah. Bekuan mulai timbul dalam 15 sampai 20 detik bila
trauma dinding vascular berat dan dalam satu sampai dua menit bila traumanya
ringan. Zat activator yang berasal dari dinding vascular yang mengalami trauma
serta dari trombosit dan protein-protein darah yang melekat pada kolagen
dinding vascular yang mengalami trauma mengawali proses pembekuan. Dalam 3
sampai 6 menit setelah robeknya pembuluh, seluruh ujung pembuluh yang terpotong
atau yang patah akan diisi dengan bekuan. Setelah 30 menit sampai 1 jam, bekuan
mengalami retraksi; hal ini menutup pembuluh lebih lanjut. Trombosit memegang
peranan penting pada retrasksi bekuan ini.
Protrombin
adalah suatu protein plasma, mempunyai berat molekul 68.700. Protrombin
terdapat dalam plasma normal dalam konsentarsi sekitar 15 mg/100 ml. Protrombin
adalah suatu protein tidak stabil yang dapat pecah dengan mudah menjadi
senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah satu diantaranya adalah trombin, yang mempunyai
berat molekul 33.700, hampir tepat separuh berat molekul protrombin. Protrombin
dibentuk terus-menerus oleh hati, dan secara terus-menerus digunakan di seluruh
tubuh untuk pembekuan darah. Bila hari gagal membentuk protrombin,
konsentrasinya dalam darah dalam 24 jam turun terlalu rendah untuk dapat
menghasilkan pembekuan darah normal. Vitamin K diperlukan oleh hati untuk pembentukan
normal protrombin; oleh karena itu kekurangan vitamin K atau adanya penyakit
hati menghalangi pembentukan protrombin normal dan sering menurunkan kadar
protrombin demikian rendahnya sehingga mengakibatkan kecenderungan mengalami
pendarahan. Setelah activator terbentuk sebagai akibat robeknya pembuluh darah
atau sebagai akibat kerusakan zat aktivator khusus dalam darah, ia dapat
menyebabkan perubahan protrombin menjadi trombin, yang selanjutnya menyebabkan
polimerasi molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam 10
sampai 15 detik. Jadi factor yang membatasi kecepatran yang menyebabkan
pembekuan darah adalah pemebntukan aktivator protrombin bukan reaksi-reaksi
selanjutnya. (sumber: http://www.google.com/url.uinmalang.ac.id).
3.4.2
Re-epitelisasi
Re-epitelisasi merupakan tahapan
perbaikan luka yang meliputi mobilisasi, migrasi, mitosis, dan diferensiasi sel
epitel. (Tahapan-tahapan ini akan mengembalikan intregitas kulit yang hilang).
Pada tahapan ini, perbaikan luka dipengaruhi oleh komponen
flavonoid sebagai
anti radang, mencegah terjadinya edema, meningkatkan suplai pembuluh darah, dan
memicu pembentukan kolagen
Proses reepitelisasi akan
menghasilkan kembali lapisan epidermis yang utuh untuk menutup luka sehingga
dapat terlindungi dari lingkungan luar. Proses reepitelisasi terdiri dari fase
migrasi, proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Migrasi dan proliferasi
keratinosit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Fibroblast Growth Factor
(FGF), Epidermal Growth Factor (EGF), Transforming Growth Factor- β (TGF-β),
Transforming Growth Factor- α (TGF- α), Insulin-like growth factor 1 (IGF-1),
danHepatocyte Growth Factor (HGF). Penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh re-epitelisasi,
karena semakin cepat proses re- epitelisasi semakin
cepat pula luka tertutup sehingga semakin cepat penyembuhan luka. Kecepatan
dari penyembuhan luka dapat dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam obat
yang diberikan, jika obat tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan
dengan cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit. Kepadatan
jaringan ikat yang lebih padat pada kelompok ekstrak batang pohon pisang
menunjukkan bahwa pengecilan besar luka lebih cepat terjadi pada kelompok getah
tanaman pisang, ini dikarenakan semakin banyaknya jaringan ikat pada luka maka
semakin besar daya kontraksi luka sehingga sisi luka akan tertarik dan
menyebabkan besar luka menjadi mengecil.
3.4.3
Neokapilerisasi
Neokapilerisasi merupakan pembuluh darah
baru berupa tunas-tunas yang terbentuk dari pembuluh darah dan akan berkembang menjadi
percabangan baru pada jaringan luka. Neokapilerisasi akan saling beranastomosis
dan membentuk suatu jaringan sirkulasi darah yang padat pada jaringan luka. Pembuluh
darah memiliki peranan penting dalam perbaikan jaringan untuk memberikan asupan
nutrisi bagi jaringan yang sedang beregenerasi. Pembuluh darah juga
menghantarkan sel-sel radang yang dibentuk di dalam sumsum tulang untuk mendekati
jaringan yang terluka hingga sel radang tersebut melakukan emigrasi (Singer dan
Clark, 1999).
Jumlah
yang tertinggi dari semua kelompok dapat terlihat pada hari ke-5. Pada hari
ke-5 ini neokapiler memberikan nutrisi yang maksimal bagi jaringan yang tengah beregenerasi.
3.4.4
Jaringan Ikat Kolagen
Kolagen merupakan bahan penunjang
utama dalam kulit, tulang rawan dan jaringan ikat (Ramali dan Pamuntjak, 1996).
Asam
askorbat merupakan senyawa yang dibutuhkan pada tahap ini, untuk menjaga struktur kolagen, sejenis
protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan,
dan jaringan lain di tubuh manusia. Kolagen diproduksi oleh
fibroblas. Fibroblas merupakan sel yang multifungsi yang sering terlihat ketika
jaringan merespon adanya luka. Fibroblas berperan dalam menjaga keutuhan strukur
jaringan dan dalam sintesis kolagen bersama rough reticulum endoplasm (RER).
Fibroblas juga memproduksi
extracelullar matrix (ECM) protein, cytokin, matrix metalloproteinase dan
chemokin yang mengatur komposisi dari lingkungan mikro ekstraselular
(Extracellular Microenvironment)
pada kondisi fisiologis dan patologis (McGavin dan Zachary, 2007).
Kepadatan jaringan ikat akan membantu kontraksi luka yang akan membuat kedua
sisi luka tertarik dan luka menjadi semakin kecil. Kolagen yang berlebihan akan
menyebabkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,
sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan
luka akan selalu terbuka (Tawi, 2008).
Jaringan
ikat kolagen mulai terbentuk pada hari ke-7 pasca perlukan, . Hal ini disebabkan
oleh luka pada kelompok yang diberi getah pisang telah mengalami persembuhan
lebih awal, sehingga jumlah jaringan ikat kolagen yang berfungsi untuk menarik
luka agar luka menutup sudah mulai berkurang. Jumlah jaringan ikat kolagen pada
hari terakhir yaitu hari ke-21 pada bagian tubuh yang diberi getah pisang pun
tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan penebalan jaringan parut. (sumber: http://www.google.com/url.ojs.unud.ac.id).
3.5
Efek
Samping Dalam Penggunaan Getah Bonggol Pisang Sebagai Obat Oles Alternatif
Penyembuh Luka Lecet.
Getah bonggol pisang yang mengandung banyak kandungan zat
yang berguna bagi penyembuhan luka ternyata juga memiliki kelemahan. Kelemahan
dari getah bonggol pisang untuk mengobati luka adalah sedikit gatal-gatal pada
luka dan bagian kulit sekitarnya. Memang getah pada bonggol pisang mengandung
sedikit zat yang menimbulkan efek gatal pada kulit, namun zat yang sedikit
tersebut tidak akan mempengaruhi penyembuhan luka (Budi, 2008).
(sumber: Getah_Pisang_Raja_Hantarkan_Mahasiswa_UGM_Raih_Emas_di_PIMNAS
XXIII _ Universitas Gadjah Mada.html)
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Berdasarkan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Getah
tanaman pisang yang jarang sekali dimanfaatkan ternyata sangat
bermanfaat dalam menyembuhkan luka gores pada kulit dan tidak menimbulkan parut.
2.
Cara
pemakaian getah pisang pada yang terluka ada dua cara, yang pertama langsung
mengoleskan getah pada luka setelah luka dibersihkan, kedua menumbuk batang
pisang terlebih dahulu baru dioleskan
pada luka.
3.
Getah tanaman pisang (Musa paradisiaca) berpengaruh
mempercepat proses penyembuhan luka gores.
4.
Zat
aktif yang terkandung dalam getah batang pisang (Musa paradisiaca) yang berperan menyembuhkan luka adalah saponin, antrakuinon,
tannin pada getah
batang pisang yang ditengarai berfungsi sebagai
antibiotik dan penghilang rasa sakit. Sementara kandungan lektin dan asam
askorbat berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel
kulit.
5.
Getah batang pisang memiliki aktivitas
mempercepat proses penyembuhan luka
pada subjek penelitian dengan mempercepat re-epitelisasi, memper-cepat
proses neokapilerisasi, meningkatkan
pembentukan jaringan ikat pada kulit sehingga dapat digunakan sebagai
alternatif untuk penyembuhan luka gores.
6.
Adapun
proses kerja getah pisang dalam menyembuhkan luka adalah
memperlihatkan penutupan luka dan penyatuan jaringan
penutup permukaan luar tubuh (regenerasi sel epitel ) berlangsung lebih cepat
pada tikus yang diobati dengan getah batang pisang dari pada yang tidak diobati.
2.4 Saran
1. perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek getah pisang terhadap
penyembuhan luka gores.
2. Perlu
dilakukan isolasi zat aktif agar dapat diketahui efeknya secara langsung.
3. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping dan efek toksik
yang ditimbulkan dari pemakaian getah pisang terhadap kulit.
4. Perlu
dilakukan penelitian uji klinis terhadap manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
· Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed-2.
Jakarta : EGC. 2004.
· www. iptek.net. 20 Maret 2004. Penyembuh Luka Disekitar Kita.
· wikipedia.com/pisang
· Getah_Pisang_Raja_Hantarkan_Mahasiswa_UGM_Raih_Emas_di_PIMNAS XXIII
_ Universitas Gadjah Mada.html
*) diambil dari berbagai sumber
2 komentar:
good.....10000000000000000000x
bun bingung sayank...
nol nya kebanyakan, bingung ngitungnya
Posting Komentar